Tangselin.com Mixed Martial Arts atau MMA memang dikenal sebagai olahraga tarung yang penuh aksi dan kekuatan. Namun, di balik ketegangan yang tersaji di atas ring, setiap pertarungan tetap mengikuti aturan yang ketat. Bahkan, terdapat berbagai larangan dalam MMA yang harus dipatuhi oleh setiap petarung.
Tidak semua teknik diperbolehkan dalam kompetisi resmi. Meski MMA mLarangan dalam MMAenggabungkan banyak seni bela diri, bukan berarti semua serangan bebas dilakukan. Tindakan ilegal dalam pertandingan MMA dapat menyebabkan penalti hingga diskualifikasi langsung oleh wasit.
Faktanya, larangan ini tidak hanya berlaku saat laga berlangsung. Bahkan sejak sesi timbang badan hingga sebelum pertandingan dimulai, atlet MMA harus mematuhi berbagai aturan dan larangan MMA. Hal ini bertujuan melindungi keselamatan petarung dan menjaga sportivitas.
Selain itu, pelanggaran juga bisa berdampak buruk pada karier atlet. Banyak petarung profesional kehilangan reputasi karena melanggar larangan seperti doping, serangan berbahaya, atau tindakan tidak sportif lainnya.
Untuk memahami lebih lanjut, mari kita bahas secara mendalam jenis-jenis larangan teknik MMA, pelanggaran non-teknis, serta konsekuensi yang dihadapi oleh atlet yang tidak mematuhi peraturan ini.
Teknik Serangan yang Dilarang dalam MMA
Meskipun MMA mengizinkan berbagai jenis serangan dari tinju, muay thai, hingga jiu-jitsu, tetap ada batasan ketat terkait area tubuh yang boleh diserang dan cara menyerangnya. Salah satu teknik ilegal dalam MMA adalah memukul bagian belakang kepala lawan.
Petarung juga tidak boleh mencolok mata, menggigit, mencakar, atau menyerang bagian tubuh yang vital. Menarik rambut lawan atau memegang pakaian juga masuk dalam kategori pelanggaran. Semua ini tercantum dalam Unified Rules of MMA yang berlaku secara internasional.
Serangan ke kepala lawan yang sedang dalam posisi jongkok juga dilarang keras. Misalnya, menendang kepala atau menekuk lutut ke wajah lawan saat posisi mereka tidak berdiri tegak. Hal ini bisa menimbulkan cedera serius.
Wasit biasanya memberikan peringatan terlebih dahulu. Namun bila pelanggaran dilakukan secara sengaja atau berulang, petarung bisa dikenai pengurangan poin atau bahkan langsung didiskualifikasi dari pertandingan.
Ketegasan ini menjadi bukti bahwa MMA bukan hanya soal kekerasan, tetapi juga mengedepankan kontrol dan kedisiplinan dalam teknik.
Larangan Serangan Setelah Bel Berbunyi
Aturan dalam MMA sangat ketat mengenai waktu serangan. Petarung hanya boleh melakukan serangan saat ronde berlangsung. Bila mereka terus menyerang setelah bel berbunyi, tindakan itu tergolong pelanggaran waktu dalam MMA.
Serangan setelah waktu habis dianggap sebagai tindakan tidak sportif. Meskipun terkadang dilakukan secara tidak sengaja karena fokus tinggi, wasit tetap berhak memberi peringatan atau bahkan sanksi keras jika dilakukan berulang.
Selain itu, saat wasit memisahkan petarung atau menghentikan pertarungan, mereka wajib mundur dan berhenti bertindak agresif. Ketidakpatuhan terhadap instruksi wasit juga termasuk dalam pelanggaran yang dapat berujung pada diskualifikasi.
Larangan ini bukan hanya menjaga keamanan lawan, tetapi juga menjaga integritas pertandingan. Karena dalam MMA, kemenangan harus diraih dengan fair, bukan karena memanfaatkan kelengahan atau momen di luar aturan.
Petarung profesional dilatih untuk mendengar bel, memahami sinyal wasit, dan menghentikan aksi saat diperlukan.
Pelanggaran Non-Teknis: Doping dan Berat Badan
Selain pelanggaran saat bertarung, petarung MMA juga wajib menaati aturan non-teknis dalam MMA yang meliputi larangan doping dan keharusan lolos timbang badan. Doping merupakan pelanggaran berat yang berdampak jangka panjang pada karier petarung.
Setiap atlet diwajibkan lolos dari uji doping sebelum dan sesudah pertandingan. Obat-obatan terlarang atau suplemen tidak resmi sangat dilarang dalam kompetisi resmi seperti UFC atau One Championship. Pelanggaran ini bisa menyebabkan skorsing hingga larangan bertanding seumur hidup.
Selain itu, petarung harus bertarung sesuai dengan kelas berat yang telah ditentukan. Bila mereka gagal dalam sesi timbang badan, mereka bisa kehilangan hak bertanding atau dipindahkan ke laga non-gelar.
Beberapa organisasi MMA juga mengenakan denda pada petarung yang gagal mempertahankan berat ideal. Bahkan, lawan mereka dapat memilih untuk membatalkan pertandingan demi alasan keamanan dan keadilan.
Dengan demikian, disiplin di luar ring menjadi bagian penting dalam karier petarung MMA profesional.
Larangan Terhadap Perilaku Tidak Sportif
MMA juga menekankan etika bertarung. Perilaku tidak sportif dalam MMA dapat mencoreng nama baik petarung sekaligus organisasi. Contohnya adalah mengejek lawan secara berlebihan, menghina wasit, atau menolak berjabat tangan setelah laga.
Meskipun promosi laga sering menggunakan trash talk, tetap ada batasannya. Apa pun yang dilakukan di luar kendali dan bernuansa penghinaan pribadi dapat dianggap sebagai pelanggaran moral dan citra profesional.
Selain itu, petarung juga tidak boleh menggunakan gerakan provokatif yang bisa memicu emosi penonton atau lawan. Aksi seperti ini bisa menciptakan suasana tidak kondusif yang berpotensi mengganggu jalannya pertandingan.
Organisasi profesional biasanya akan memberi sanksi berupa denda, pengurangan bayaran, bahkan pembekuan kontrak jika seorang atlet berulang kali melakukan tindakan tak pantas.
MMA bukan hanya tentang kekuatan fisik, tapi juga mentalitas dan sikap yang mencerminkan nilai-nilai sportif.
Konsekuensi Pelanggaran dalam Pertandingan MMA
Pelanggaran dalam MMA tidak hanya berdampak pada hasil pertandingan, tetapi juga masa depan petarung. Konsekuensi pelanggaran MMA bisa beragam, mulai dari pengurangan poin hingga diskualifikasi langsung di tengah pertandingan.
Dalam kasus ekstrem, pelanggaran bisa menyebabkan kerusakan fisik parah pada lawan. Hal ini berpotensi menimbulkan gugatan hukum dan kerugian reputasi yang besar. Reputasi petarung juga menjadi taruhan ketika mereka tidak menunjukkan perilaku profesional.
Wasit memiliki kewenangan penuh dalam memberikan keputusan di tempat. Sementara itu, komisi atletik dan promotor bisa memberikan sanksi tambahan setelah meninjau ulang tayangan pertandingan.
Beberapa petarung bahkan dibekukan lisensinya atau tidak diperbolehkan bertanding dalam periode tertentu. Karena itu, memahami dan menaati larangan yang berlaku menjadi keharusan mutlak bagi siapa pun yang menekuni MMA secara profesional.
Larangan dalam MMA dibuat bukan untuk membatasi, melainkan melindungi dan menjaga nilai sportif dalam setiap laga. Yuk bagikan artikel ini ke temanmu di Facebook agar makin banyak yang paham soal dunia MMA! Jangan lupa kunjungi https://www.tangselin.com/ untuk artikel menarik lainnya seputar olahraga bela diri.